Dalam dunia digital saat ini, ransomware telah menjadi salah satu ancaman paling berbahaya bagi perusahaan maupun individu. Jenis serangan ini bekerja dengan cara mengenkripsi data korban, kemudian meminta tebusan agar data tersebut bisa diakses kembali.
Selama bertahun-tahun, backup dianggap sebagai solusi utama untuk menghadapi serangan ransomware. Namun kini, para penyerang semakin cerdas—mereka juga menargetkan sistem backup untuk memastikan korban benar-benar tidak memiliki jalan keluar selain membayar tebusan.
Artikel ini akan membahas bagaimana ransomware bisa menyerang backup, cara melakukan pemulihan dengan benar, serta strategi terbaik untuk melindungi data cadangan agar tetap aman.
Mengapa Backup Bisa Jadi Target?
Dulu, backup sering disimpan secara lokal di server atau perangkat penyimpanan terhubung jaringan (NAS). Pola ini kini dimanfaatkan oleh penyerang.
Begitu ransomware berhasil menembus jaringan, ia akan menyebar ke semua sistem yang terhubung, termasuk lokasi penyimpanan backup. Tujuannya sederhana: jika backup ikut terenkripsi, korban tidak bisa memulihkan data tanpa membayar tebusan.
Beberapa penyebab umum mengapa backup menjadi rentan antara lain:
-
Backup tersimpan di jaringan yang sama dengan sistem produksi, sehingga mudah diakses oleh malware.
-
Kurangnya segmentasi atau isolasi, membuat sistem backup ikut terinfeksi ketika ransomware menyebar.
-
Tidak ada enkripsi atau kontrol akses kuat, sehingga penyerang bisa dengan mudah menghapus atau memodifikasi file backup.
-
Human error, misalnya penggunaan kredensial admin yang sama untuk seluruh sistem.
Langkah Pemulihan Setelah Backup Diserang
Jika backup sudah terlanjur terinfeksi ransomware, langkah pertama adalah tidak panik. Fokuslah pada proses pemulihan yang aman dan sistematis.
-
Identifikasi dan isolasi sistem yang terinfeksi.
Putuskan koneksi jaringan dari perangkat yang terdeteksi terkena ransomware. Ini mencegah penyebaran ke sistem lain, termasuk cadangan yang belum tersentuh. -
Jangan langsung menghapus atau memformat media backup.
Beberapa jenis ransomware mungkin belum mengenkripsi seluruh data. Ahli keamanan siber bisa mencoba memulihkan sebagian file yang masih bisa diselamatkan. -
Gunakan backup offline atau immutable (tidak bisa diubah).
Jika Anda memiliki salinan backup yang tidak terhubung ke jaringan—misalnya di tape, cloud dengan proteksi immutability, atau penyimpanan WORM (Write Once Read Many)—itulah sumber pemulihan terbaik. -
Lakukan pemindaian malware sebelum memulihkan data.
Pastikan file backup bebas dari ransomware yang tersembunyi. Pemulihan tanpa pemeriksaan bisa menyebabkan infeksi ulang. -
Pulihkan secara bertahap dan terkontrol.
Jangan langsung mengembalikan seluruh sistem. Mulailah dari sistem kritis, uji hasil pemulihan, lalu lanjutkan secara bertahap untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
Strategi Melindungi Backup dari Serangan Ransomware
Agar insiden serupa tidak terulang, organisasi perlu menerapkan strategi perlindungan backup yang kokoh. Beberapa langkah penting antara lain:
-
Gunakan prinsip 3-2-1.
Simpan 3 salinan data, di 2 media berbeda, dengan 1 salinan offline atau di lokasi berbeda (offsite). Prinsip sederhana ini masih menjadi fondasi perlindungan data yang efektif. -
Manfaatkan teknologi backup yang “immutable”.
Banyak solusi modern seperti AWS Backup Vault Lock, NAKIVO Immutable Repository, atau Infinidat InfiniSafe yang memungkinkan data backup tidak bisa diubah atau dihapus dalam periode tertentu, bahkan oleh administrator. -
Pisahkan kredensial dan akses sistem backup.
Gunakan akun khusus dengan hak terbatas untuk pengelolaan backup. Hindari penggunaan akun domain admin yang sama antara sistem produksi dan sistem backup. -
Aktifkan enkripsi dan autentikasi multifaktor (MFA).
Enkripsi melindungi data backup dari akses tidak sah, sementara MFA mencegah penyerang menggunakan kredensial curian. -
Lakukan uji pemulihan secara rutin.
Backup yang tidak pernah diuji sama saja seperti tidak memiliki backup. Jadwalkan uji restore berkala agar Anda yakin data bisa dipulihkan saat dibutuhkan. -
Gunakan solusi deteksi malware di jalur backup.
Beberapa platform modern kini menawarkan fitur Backup Malware Scan, yang secara otomatis memeriksa data cadangan sebelum disimpan atau dipulihkan.
Kesimpulan
Ransomware tidak lagi hanya menyerang sistem produksi—backup kini menjadi sasaran utama. Tanpa strategi perlindungan yang tepat, organisasi bisa kehilangan “jalur penyelamat” mereka sendiri.
Untuk menghadapi ancaman ini, penting untuk memisahkan, mengenkripsi, dan melindungi backup dengan teknologi modern seperti immutability dan deteksi malware bawaan.
Yang tak kalah penting, lakukan latihan pemulihan secara rutin agar tim Anda siap bertindak cepat ketika serangan benar-benar terjadi.
Ingat, dalam dunia keamanan data, backup bukan sekadar salinan file—tapi benteng terakhir yang menentukan apakah bisnis Anda bisa bertahan setelah serangan siber.
Produktivitas bisnis berawal dari infrastruktur IT yang solid. Dengan iLogo Indonesia, Anda bisa mendapatkan solusi IT lengkap yang dirancang sesuai kebutuhan perusahaan. Kami hadir sebagai mitra andalan untuk menjaga sistem Anda tetap aman dan berjalan lancar.
Hubungi kami sekarang atau kunjungi ilogoindonesia.id untuk informasi lebih lanjut!
